Lokasi: Madam Tan Work Klasik Tugu Yogyakarta
Apa coba hubungannya antara nama seorang wanita dengan jenis ikan? Apa pula hubungannya juga tanpa vetsin? Tentu saja ada hubungannya, kita bahas yuk. Madam Tan adalah nama restoran yang sudah terkenal dengan menu khas melayu tionghoa peranakan dan salah satu menu istimewanya adalah sup ikan dori. Tahu dunk ikan dori? Itu tuh ikan yang jadi temannya ikan..dalam film kartun Finding Nemo. Nah itulah ikan dori yang dimaksud. He he, bercanda kok. Bukan ikan biru lucu itu lah.
Ikan dori yang aku maksud yang banyak berasal dari perairan vietnam. Ikan dori mengandung asam lemak tak jenuh, Omega 3, DHA & EPA, yang bagus untuk penderita tekanan darah dan membantu perkembangan kecerdasan otak.
Sebenarnya sudah lama restoran ini menjadi incaranku, namun baru beberapa hari yang lalu bisa kusambangi. Restoran ini dulu bernama Kedai Tiga Nyonya dengan logo nama seperti yang ada di foto bawah ini. Sedangkan foto yang di sebelahnya adalah penampakan yang baru setelah menjadi Restoran Madam Tan Work.
Resto ini hanya berjarak 10 kaki di sebelah timur monumen Tugu Yogya, dan terletak di samping kanan warung waralaba.Tepatnya berada di selatan Hotel Phoenix dan bisa diakses dengan bus Transjogya atau becak. Aku menyambangi Madam Tan klasik setelahmenjemput sahabatku di hotel Harper jl. Mangkubumi, jam sudah menunjukan pukul delapan malam dan seperti biasanya daerah monumen Tugu ramai. Bukan hanya oleh arus lalu lintas namun dengan keramaian di seputar monumen Tugu. Banyak para wisatawan yang berusia muda melakukan selfie sendiri maupun berjamaah dengan latar belakang monumen Tugu. Memang ada anggapan jika wisatawan belum mengabadikan diri dengan monumen, maka belum resmi mengunjungi Yogyakarta. Namun kok ya aku sebagai warga Yogya asli belum pernah foto bareng Tugu. Tragis ya? He he.
Bangunan Madam Tan Work tidak begitu besar namun berlantai dua, sehingga pengunjung bisa memilih menikmati kudapan di lantai atas. Beberapa bangunan di seputar monumen Tugu memang berumur ratusan tahun dan termasuk dalam cagar budaya. Banyak gedung-gedung cagar budaya di Yogyakarta dilindungi dengan mengalih fungsikan menjadi kantor, hotel maupun restoran. Alhasil gedung-gedung model kolonial kuno menjadi terawat. Dan kerennya fasilitas wifi selalu ada. Suatu kebutuhan wajib bagi yang doyan eksis di media sosial.
Selain bangunan yang bikin adem pengunjung yang suka seni. Ada juga bangku kayu jati klasik ala ukiran Jawa, serta meja yang berbentuk bundar dan persegi panjang memenuhi tiap lantai. Pigura coklat berisi seperangkat baju kebaya menempel rapi di dinding meja hias antik. Lampu-lampu kuno, radio kuno serta vas bunga menghiasi semua sudut dan banyak asesoris kuno yang lain. Sayang aku tidak sempat ke lantai dua, lain kali deh. Di sudut -sudut restoran, para pelayan siap membantu setiap pengunjung memesan menu ataupun sekedar tisu.
Kembali ke ikan dori ya. Saat itu aku memesan satu porsi nasi putih, sup ikan dori, kerapu goreng asam, bir pletok dan cappucinno. Untuk sup ikan dori tersaji hangat dalam. Sup ikan dori berisi beberapa filet besar ikan dori, daun kemangi, lima biji cabe rawit orange dengan kuah dari ikan dori beserta bumbu khusus tentunya. Kuahnya terasa pas di lidah, tidak berlebihan bumbunya serta tidak hambar walau tidak memakai vetsin. Walaupun terdapat lima cabe namun tidak terasa pedas, yang ada rasa asam yang mengoda selera untuk menambah nasi.
Bir pletok juga terasa sangat hangat dan segar di tenggorokan, bahkan sahabatku bisa habis dua gelas. Weit jangan berharap ada kandungan alkohol ya didalamnya. Bir yang ini adalah air jahe dengan campuran beberapa bumbu tradisonal, salah satunya daun sereh. Dijamin membuat badan segar.
Untuk harga, semua menu masih terjangkau untuk para mahasiswa untuk setaraf restoran klasik. Harga mulai dari Rp. 20.000,00 dengan menu yang mengeyangkan beserta suasana yang nyaman. Suara lagam keroncong dan lagu perjuangan membuat pengunjung merasa kembali ke jaman sebelum kemerdekaan. Sebuah kombinasi yang tepat dimana menu, gedung, musik dan suasana bernada sama. Dan yang terutama tidak memakai vetsin. Sehingga tidak perlu kuatir akan kesehatan kita setelah menyantap masakan-masakan lezat di resto ini.
Yup, 4 jempol untuk restoran Madam Tan Work klasik Tugu
Oya alamat di Jl. Jend. Sudirman 16 Yogyakarta
Apa coba hubungannya antara nama seorang wanita dengan jenis ikan? Apa pula hubungannya juga tanpa vetsin? Tentu saja ada hubungannya, kita bahas yuk. Madam Tan adalah nama restoran yang sudah terkenal dengan menu khas melayu tionghoa peranakan dan salah satu menu istimewanya adalah sup ikan dori. Tahu dunk ikan dori? Itu tuh ikan yang jadi temannya ikan..dalam film kartun Finding Nemo. Nah itulah ikan dori yang dimaksud. He he, bercanda kok. Bukan ikan biru lucu itu lah.
Ikan dori yang aku maksud yang banyak berasal dari perairan vietnam. Ikan dori mengandung asam lemak tak jenuh, Omega 3, DHA & EPA, yang bagus untuk penderita tekanan darah dan membantu perkembangan kecerdasan otak.
Sebenarnya sudah lama restoran ini menjadi incaranku, namun baru beberapa hari yang lalu bisa kusambangi. Restoran ini dulu bernama Kedai Tiga Nyonya dengan logo nama seperti yang ada di foto bawah ini. Sedangkan foto yang di sebelahnya adalah penampakan yang baru setelah menjadi Restoran Madam Tan Work.
Resto ini hanya berjarak 10 kaki di sebelah timur monumen Tugu Yogya, dan terletak di samping kanan warung waralaba.Tepatnya berada di selatan Hotel Phoenix dan bisa diakses dengan bus Transjogya atau becak. Aku menyambangi Madam Tan klasik setelahmenjemput sahabatku di hotel Harper jl. Mangkubumi, jam sudah menunjukan pukul delapan malam dan seperti biasanya daerah monumen Tugu ramai. Bukan hanya oleh arus lalu lintas namun dengan keramaian di seputar monumen Tugu. Banyak para wisatawan yang berusia muda melakukan selfie sendiri maupun berjamaah dengan latar belakang monumen Tugu. Memang ada anggapan jika wisatawan belum mengabadikan diri dengan monumen, maka belum resmi mengunjungi Yogyakarta. Namun kok ya aku sebagai warga Yogya asli belum pernah foto bareng Tugu. Tragis ya? He he.
Bangunan Madam Tan Work tidak begitu besar namun berlantai dua, sehingga pengunjung bisa memilih menikmati kudapan di lantai atas. Beberapa bangunan di seputar monumen Tugu memang berumur ratusan tahun dan termasuk dalam cagar budaya. Banyak gedung-gedung cagar budaya di Yogyakarta dilindungi dengan mengalih fungsikan menjadi kantor, hotel maupun restoran. Alhasil gedung-gedung model kolonial kuno menjadi terawat. Dan kerennya fasilitas wifi selalu ada. Suatu kebutuhan wajib bagi yang doyan eksis di media sosial.
Selain bangunan yang bikin adem pengunjung yang suka seni. Ada juga bangku kayu jati klasik ala ukiran Jawa, serta meja yang berbentuk bundar dan persegi panjang memenuhi tiap lantai. Pigura coklat berisi seperangkat baju kebaya menempel rapi di dinding meja hias antik. Lampu-lampu kuno, radio kuno serta vas bunga menghiasi semua sudut dan banyak asesoris kuno yang lain. Sayang aku tidak sempat ke lantai dua, lain kali deh. Di sudut -sudut restoran, para pelayan siap membantu setiap pengunjung memesan menu ataupun sekedar tisu.
Kembali ke ikan dori ya. Saat itu aku memesan satu porsi nasi putih, sup ikan dori, kerapu goreng asam, bir pletok dan cappucinno. Untuk sup ikan dori tersaji hangat dalam. Sup ikan dori berisi beberapa filet besar ikan dori, daun kemangi, lima biji cabe rawit orange dengan kuah dari ikan dori beserta bumbu khusus tentunya. Kuahnya terasa pas di lidah, tidak berlebihan bumbunya serta tidak hambar walau tidak memakai vetsin. Walaupun terdapat lima cabe namun tidak terasa pedas, yang ada rasa asam yang mengoda selera untuk menambah nasi.
Bir pletok juga terasa sangat hangat dan segar di tenggorokan, bahkan sahabatku bisa habis dua gelas. Weit jangan berharap ada kandungan alkohol ya didalamnya. Bir yang ini adalah air jahe dengan campuran beberapa bumbu tradisonal, salah satunya daun sereh. Dijamin membuat badan segar.
Untuk harga, semua menu masih terjangkau untuk para mahasiswa untuk setaraf restoran klasik. Harga mulai dari Rp. 20.000,00 dengan menu yang mengeyangkan beserta suasana yang nyaman. Suara lagam keroncong dan lagu perjuangan membuat pengunjung merasa kembali ke jaman sebelum kemerdekaan. Sebuah kombinasi yang tepat dimana menu, gedung, musik dan suasana bernada sama. Dan yang terutama tidak memakai vetsin. Sehingga tidak perlu kuatir akan kesehatan kita setelah menyantap masakan-masakan lezat di resto ini.
Yup, 4 jempol untuk restoran Madam Tan Work klasik Tugu
Oya alamat di Jl. Jend. Sudirman 16 Yogyakarta