Beneran gratis? Jangan-jangan hanya propaganda BPJS saja. Dua pikiran itu membuntuti pikiran saya saat menerima kartu BPJS dari petugas BPJS wilayah Yogya.
Awalnya dari pemberitahuan kantor ayah, dimana mulai tahun 2014 akan memberikan kartu BPJS untuk setiap karyawan. Dan kami memutuskan mendaftarkan kakak perempuan, dan saya sendiri ke pelayanan BPJS. Tentu kami berdua membayar iuran perbulan sendiri Rp.42.500,00 untuk BPJS kelas 2. Saya akan menceritakan pengalaman saat mengikuti prosedur pengurusan BPJS. Untuk cara pembuatan akan saya tampilkan pada artikel berbeda.
Sedikit rumit memang saat pertama kali mempergunakan kartu BPJS. Banyak surat yang harus disertakan baik asli maupun fotokopi, yang disertai cap dari instansi bersangkutan. Sistem penanganan berjenjang mengharuskan pasien untuk aktif langsung meminta surat rujukan.
Ada dua rumah sakit yang biasa saya tuju untuk konsultasi rawat jalan, yaitu RSU. Panti Rapih dan RS. Sarjito. Kita bahas satu dulu ya, yaitu RS. Panti Rapih. Di Panti Rapih, saya mengurus prosedur untuk berkonsultasi dan rawat jalan ke Dr. L. Kris Dinarti Sp.PD, Sp.JP . Dokter spesialis jantung yang ramah sekaligus sabar ini, mempunyai dua jam praktek klinik jantung reguler di RS. Panti Rapih. Selasa 16.00 - 19.00 WIB dengan maksimal 60 pasien yang ditangani perhari. Untuk sabtu 09.00-11.00 WIB melayani maksimal 25 pasien. Dan untuk menjadi pasiennya, kita harus mendaftar tiga hari sebelum hari H.
Jika memilih praktek selasa, maka sabtu pagi anda harus mendaftar. Untuk praktek sabtu, bisa mendaftar rabu pagi. Pendaftaran bisa melalui telepone mulai 07.00 WIB, sedangkan yang datang langsung mengumpulkan kartu pasien bisa mulai subuh. Dan opsi terahkir yang saya pilih, dengan konsekuensi harus datang ke RSU Panti Rapih 05.00 WIB. Hasilnya mendapat nomer urut 7 atau 9 dari 60 nomer yang tersedia.
Klinik jantung yang lain adalah klinik Lukas khusus VIP. Tentu karena menggunakan sistem perjanjian maka ada perbedaan dana yang dikeluarkan, dan BPJS tetap menjaminnya walau tidak 100% seperti di klinik Reguler. Banyak juga pasien dari klinik Lukas yang tetap menggunakan fasilitas BPJS, hal ini wajar karena pengunaan kartu BPJS adalah hak setiap warga negara yang memilikinya.
Saya akan menceritakan bagaimana cara mengajukan klaim dan syarat BPJS di RSU Panti Rapih. Saat pertama kali memang terkesan repot, menghabiskan waktu, dan melelahkan. Namun sepadan dengan hasilnya, yaitu bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis, perawatan kesehatan yang bagus, obat gratis (obat generik), dan ketenangan pasien.
Pusat pelayanan BPJS di RSU Panti Rapih dibuka 07.30-13.00 WIB, bertempat di lantai satu dekat dengan tempat parkir sepeda motor. Biasanya saya sudah memasukan berkas ke kotak antrian tepat 06.00 WIB. Ada dua kotak yang tersedia di depan pintu kantor BPJS yang berbeda warna. Kotak pagi diperuntukan berkas rawat jalan pagi, kemoterapi, cuci darah, dan laboratorium dilayani mulai 08.00 WIB sampai 10.00 WIB. Kotak siang diperuntukan rawat jalan siang malam dan rawat inap, mulai diproses 10.00 WIB sampai 13.00 WIB. Kantor BPJS buka hari senin sampai sabtu, dan dilayani oleh lima pegawai (Empat dari RSU Panti Rapih serta satu pengawas dari BPJS). Khusus untuk sabtu, pelayanan mulai 08.00-10.00 WIB.
Tepat 07.30 WIB, petugas akan memeriksa, memanggil satu persatu pemilik berkas serta memberikan nomer antrian untuk pengambilan. Jika belum lengkap berkas fotokopi maka bisa segera ke sebelah kiri kantor BPJS, pada 07.00 WIB tempat fotokopi sudah dibuka. Keluarga pasien bisa menunggu berkas selesai diproses dengan duduk di dalam kantor BPJS yang nyaman. Jika haus atau lapar saat menunggu, sudah ada kantin di sebelah tempat fotokopi (Nasi goreng bungkus dan susu kedelainya enak loh..he-he). Toilet umum juga mudah dijangkau, atau kalau mau berkeliling bisa menggunakan lift ke lantai.
Tepat pada 08.00 WIB berkas mulai diproses. Nama serta nomer urut berkas pasien dipanggil menggunakan pengeras suara. Maklum jika membutuhkan sedikit lama, dan meriah suasananya. Hal ini karena keluarga yang mengurus, atau pasien sendiri akan mengusir kebosanan menunggu dengan berbincang-bincang. Beberapa yang duduk dekat pendingin ruangan biasanya akan tertidur, atau sekedar kedinginan. Alhasil saya memperoleh banyak info tentang fasilitas kesehatan, dan tips mengurus BPJS dari para lansia di samping kanan kiri saya. 100% saya menjadi merasa sangat muda, he-he.
Beberapa pasien yang mengantri sendiri adalah pensiunan dosen, guru, pedagang yang berasal dari luar kota Yogya. Sebagai info, Yogyakarta mempunyai satu kota serta empat kabupaten, dan RSU Panti Rapih termasuk dalam area kota Yogya. Salut saya berikan pada para lansia yang datang berpasangan mengurus sendiri berkas mereka, padahal penyakit mereka cukup serius. Kadang terharu melihat keromantisan mereka walau harus didorong dengan kursi roda, namun hilir mudik berdua. (S aya datang mengurus sendiri...hele curhat..hi hi hi)
Saya biasanya mendapat nomer urut sebelas, dan jika tidak terlalu ramai maka berkas selasai pada 09.30 WIB. Oya syarat-syarat yang harus dibawa untuk klaim BPJS di RSU Panti Rapih adalah: Satu fotokopi surat rujukan dari faskes sebelumnya, satu fotokopi kartu pasien RSU Panti Rapih, satu kupon nomer pendaftaran dokter yang dituju. Jika anda mau ke laboratorium maka sertakan satu fotokopi, serta formulir asli rujukan dokter untuk laboratorium RSU Panti Rapih (Warna kuning). Akan lebih baik anda membawa semua berkas baik asli maupun fotokopi, sehingga proses akan lebih lancar. Saya sendiri mempunyai map khusus untuk berkas BPJS.
Salah satu yang perlu diperhatikan adalah tanggal berahkirnya surat rujukan dari faskes sebelumnya. Masa berlaku surat tersebut satu bulan dari tanggal yang tertera. Jadi bila tertera 17 Agustus maka surat rujukan bisa digunakan berkali-kali (Tanpa harus ke faskes sebelumnya lagi) sampai 17 September. Dengan catatan ke dokter yang sama. Saya pernah ditolak proses klaim BPJS karena surat rujukan sudah habis berlakunya tanpa saya sadari. Sejak itu saya selalu melingkari tanggal masa berlaku surat rujukan di kalender.
Jika anda pertama kali berobat ke RSU Panti Rapih maka bisa mendaftar dulu melalui telepone, atau datang langsung ke bagian pendaftaran. Setelah melengkapi formulir berisi data diri maka kartu pasien bisa di dapatkan semenit setelah berkas diproses, tanpa biaya tentu saja. Namun jika anda sehat maka anda akan ditolak untuk mendaftar (Saya pernah ditolak, padahal rencana sedia payung sebelum hujan..he he).
Anda bisa juga langsung memilih, dan mendaftar berobat ke dokter yang jadwalnya terpampang besar di samping kanan atas ruang pendaftaran. Anda akan mendapat kupon nomer antrian serta jadwal dokter yang anda tuju. Simpan baik-baik sebagai syarat untuk mengurus klaim BPJS.
Jika anda bingung dimana jadwal serta letak ruang dokter yang dituju, cara pengurusan klaim asuransi, prosedur mengurus BPJS, sekedar mencari letak toilet atau lift, maka di sebelah ruang pendaftaran sudah ada resepsionis yang siap membantu. Dijamin ramah, paham denah rumah sakit, cerdas serta cantik. Untuk kata yang terahkir adalah bonus pemandangan bagi pasien pria..he-he. Hati yang gembira adalah obat bukan?
RSU Panti Rapih sendiri punya dua lokasi parkir yang berada dalam halaman rumah sakit. Tiap sore tempat parkir untuk mobil selalu penuh, disarankan menggunakan taksi jika tidak ingin parkir di bagian tepi jalan. Terdapat juga wisma ataupun penginapan kecil bila anda berasal dari luar kota. Becak dan ojek siap mengantarkan anda hilir mudik, bahkan bisa foto selfie sebentar di logo kampus biru yang berjarak lima menit dari rumah sakit.
Mari kita kembali ke berkas BPJS sebelum saya bercerita macam-macam. Pada kupon antrian pasien sudah ada jam pelayanan untuk nomer urut yang bersangkutan, sehingga pasien harus sudah datang pada jam yang tertera masing-masing. Sekedar info, untuk nomer 40 biasanya baru selesai pada 20.30 WIB.
Kami sampai di ruang praktek sekitar setengah jam sebelum waktu pemeriksaan. Saya kemudian menyerahkan berkas ke mbak Emma selaku perawat senior yang berada di ruang praktek Dr. L. Kris Dinarti Sp.PD, Sp.JP. Sekitar 15 menit kemudian ayah akan dipanggil untuk cek tekanan darah. Jika sudah selesai maka ayah akan kembali ke ruang tunggu, dan akan dipanggil lagi untuk konsultasi sesuai nomer antriannya. Sejauh yang saya amati, semua karyawan baik itu petugas parkir, satpam, resepsionis, penjaga kantin, cleaning service, tukang fotokopi, petugas BPJS, perawat dan dokter sangat ramah serta membantu. Baik itu sebelum dan sesudah mengetahui saya menggunakan BPJS . Sebagai info, Ayah sudah menjadi pasien cek rutin di Dr. L. Kris Dinarti Sp.PD, Sp.JP sekitar enam bulan sebelum BPJS diluncurkan. Dan tidak ada perbedaan pelayanan dari waktu ke waktu. Bahkan beberapa dokter menyarankan pasiennya menggunakan fasilitas BPJS, terutama untuk penyakit yang memerlukan obat dan konsultasi teratur.
Konsultasi berlangsung sekitar lima sampai sepuluh menit tergantung dari diagnosa, dan kebutuhan pasien masing-masing. Dokter akan mengetahui data rekam medis, dan memberikan resep melalui komputer yang terhubung dengan farmasi Panti rapih. Untuk peserta BPJS, obat bisa diambil bagian farmasi lantai satu dengan menyerahkan berkas dari perawat bersangkutan. Saya sendiri lebih memilih mengambil obat keesokan harinya, setelah menerima nomer antrian pengambilan obat dari pihak farmasi. Hal ini dikarenakan padatnya antrian, dan kurang lebih memerlukan dua jam menunggu.
Ayah sendiri mendapat enam, kadang tujuh jenis obat yang dijamin oleh BPJS (sebelum mengunakan BPJS memang jumlahnya sama), dan semuanya gratis. Termasuk biaya dokter spesialis, jasa rumah sakit, biaya laboratorium. Jika dijumlahkan sekitar Rp1.500.000,00, sebuah angka yang besar untuk saya saat ini. Satu jenis obat masing-masing berjumlah 30 butir untuk satu bulan. Bulan berikutnya kami akan datang lagi hingga benar-benar sembuh. Jika selama setahun kami berobat 12 kali, maka dana yang diperlukan 12x Rp. 1.500.000,00 = Rp18.000.000,00. Dan syukurlah semua dijamin oleh BPJS. Terima kasih BPJS.
Obat-obat yang saya terima setara khasiatnya dengan yang biasa diberikan, walaupun kadang beda nama bila stok habis. Dan bila ada yang tidak dijamin BPJS, maka pasien dibebaskan untuk membeli atau diberikan fotokopi resep yang berlaku satu kali. Pemberitahuan tersebut diberikan tiap kali kita mendapat nomer urut antrian, disarankan bertanya dulu jika anda akan mengambil obat keesokan harinya.
Nama obat dan jenis obat yang diberikan tentu sama persis dengan apa yang diresepkan oleh dokter, anda tak perlu kuatir. Untuk fasilitas laboratorium sejauh yang saya ketahui dijamin semua oleh BPJS. Ayah sendiri menjalani satu kali pengambilan urine, dan darah untuk sembilan jenis hasil tes. Dan semuanya gratis, tentunya dengan surat keterangan dokter.
Sejauh yang saya tahu, dokter spesialis penyakit dalam berhak mengeluarkan surat rujukan internal yang berlaku sekali ke dokter spesialis yang lain. Misalnya pasien penyakit dalam ada masalah dengan mata, maka dokter bisa merujuk pasien tersebut ke dokter mata di rumah sakit yang sama. Setelah mengurus klaim BPJS seperti langkah pertama tadi (Tanpa harus ke faskes pertama), maka pasien gratis ke dokter mata serta obatnya. Jika obat di luar klaim, maka bisa diberikan fotocopi resepnya.
Dari pengalaman di atas, maka saya simpulkan biaya yang dikeluarkan untuk rawat jalan menggunakan BPJS di Panti rapih adalah 0 rupiah. Tentu juga di luar uang bensin, parkir dan konsumsi pribadi ya, he he. Dengan catatan juga, bahwa resep tersebut yang dijamin BPJS. Untuk jenis dan merk obat yang dijamin bisa dikonfirmasi pada dokter dan apoteker.
Artikel ini saya buat sebagai tanda terima kasih saya pada BPJS dan stafnya, Dr.L.Krisdinarti, mbak Emma, perawat serta staf Panti Rapih yang telah membantu proses rawat jalan ayah. Terima kasih.
Untuk artikel “Gratis Rawat Jalan dengan BPJS? (2)”, dan ”Gratis Rawat di IGD” akan segera diterbitkan. Tujuannya untuk berbagi info positif dan seimbang. Jika ada pengalaman dan info lain, silahkan dibagi pada kolom komentar. Terima kasih
http://www.kompasiana.com/vika.kurniawati/gratis-rawat-jalan-dengan-bpjs-1_55da85406e7a614b11e43957
Awalnya dari pemberitahuan kantor ayah, dimana mulai tahun 2014 akan memberikan kartu BPJS untuk setiap karyawan. Dan kami memutuskan mendaftarkan kakak perempuan, dan saya sendiri ke pelayanan BPJS. Tentu kami berdua membayar iuran perbulan sendiri Rp.42.500,00 untuk BPJS kelas 2. Saya akan menceritakan pengalaman saat mengikuti prosedur pengurusan BPJS. Untuk cara pembuatan akan saya tampilkan pada artikel berbeda.
Sedikit rumit memang saat pertama kali mempergunakan kartu BPJS. Banyak surat yang harus disertakan baik asli maupun fotokopi, yang disertai cap dari instansi bersangkutan. Sistem penanganan berjenjang mengharuskan pasien untuk aktif langsung meminta surat rujukan.
Ada dua rumah sakit yang biasa saya tuju untuk konsultasi rawat jalan, yaitu RSU. Panti Rapih dan RS. Sarjito. Kita bahas satu dulu ya, yaitu RS. Panti Rapih. Di Panti Rapih, saya mengurus prosedur untuk berkonsultasi dan rawat jalan ke Dr. L. Kris Dinarti Sp.PD, Sp.JP . Dokter spesialis jantung yang ramah sekaligus sabar ini, mempunyai dua jam praktek klinik jantung reguler di RS. Panti Rapih. Selasa 16.00 - 19.00 WIB dengan maksimal 60 pasien yang ditangani perhari. Untuk sabtu 09.00-11.00 WIB melayani maksimal 25 pasien. Dan untuk menjadi pasiennya, kita harus mendaftar tiga hari sebelum hari H.
Jika memilih praktek selasa, maka sabtu pagi anda harus mendaftar. Untuk praktek sabtu, bisa mendaftar rabu pagi. Pendaftaran bisa melalui telepone mulai 07.00 WIB, sedangkan yang datang langsung mengumpulkan kartu pasien bisa mulai subuh. Dan opsi terahkir yang saya pilih, dengan konsekuensi harus datang ke RSU Panti Rapih 05.00 WIB. Hasilnya mendapat nomer urut 7 atau 9 dari 60 nomer yang tersedia.
Klinik jantung yang lain adalah klinik Lukas khusus VIP. Tentu karena menggunakan sistem perjanjian maka ada perbedaan dana yang dikeluarkan, dan BPJS tetap menjaminnya walau tidak 100% seperti di klinik Reguler. Banyak juga pasien dari klinik Lukas yang tetap menggunakan fasilitas BPJS, hal ini wajar karena pengunaan kartu BPJS adalah hak setiap warga negara yang memilikinya.
Saya akan menceritakan bagaimana cara mengajukan klaim dan syarat BPJS di RSU Panti Rapih. Saat pertama kali memang terkesan repot, menghabiskan waktu, dan melelahkan. Namun sepadan dengan hasilnya, yaitu bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis, perawatan kesehatan yang bagus, obat gratis (obat generik), dan ketenangan pasien.
Pusat pelayanan BPJS di RSU Panti Rapih dibuka 07.30-13.00 WIB, bertempat di lantai satu dekat dengan tempat parkir sepeda motor. Biasanya saya sudah memasukan berkas ke kotak antrian tepat 06.00 WIB. Ada dua kotak yang tersedia di depan pintu kantor BPJS yang berbeda warna. Kotak pagi diperuntukan berkas rawat jalan pagi, kemoterapi, cuci darah, dan laboratorium dilayani mulai 08.00 WIB sampai 10.00 WIB. Kotak siang diperuntukan rawat jalan siang malam dan rawat inap, mulai diproses 10.00 WIB sampai 13.00 WIB. Kantor BPJS buka hari senin sampai sabtu, dan dilayani oleh lima pegawai (Empat dari RSU Panti Rapih serta satu pengawas dari BPJS). Khusus untuk sabtu, pelayanan mulai 08.00-10.00 WIB.
Tepat 07.30 WIB, petugas akan memeriksa, memanggil satu persatu pemilik berkas serta memberikan nomer antrian untuk pengambilan. Jika belum lengkap berkas fotokopi maka bisa segera ke sebelah kiri kantor BPJS, pada 07.00 WIB tempat fotokopi sudah dibuka. Keluarga pasien bisa menunggu berkas selesai diproses dengan duduk di dalam kantor BPJS yang nyaman. Jika haus atau lapar saat menunggu, sudah ada kantin di sebelah tempat fotokopi (Nasi goreng bungkus dan susu kedelainya enak loh..he-he). Toilet umum juga mudah dijangkau, atau kalau mau berkeliling bisa menggunakan lift ke lantai.
Tepat pada 08.00 WIB berkas mulai diproses. Nama serta nomer urut berkas pasien dipanggil menggunakan pengeras suara. Maklum jika membutuhkan sedikit lama, dan meriah suasananya. Hal ini karena keluarga yang mengurus, atau pasien sendiri akan mengusir kebosanan menunggu dengan berbincang-bincang. Beberapa yang duduk dekat pendingin ruangan biasanya akan tertidur, atau sekedar kedinginan. Alhasil saya memperoleh banyak info tentang fasilitas kesehatan, dan tips mengurus BPJS dari para lansia di samping kanan kiri saya. 100% saya menjadi merasa sangat muda, he-he.
Beberapa pasien yang mengantri sendiri adalah pensiunan dosen, guru, pedagang yang berasal dari luar kota Yogya. Sebagai info, Yogyakarta mempunyai satu kota serta empat kabupaten, dan RSU Panti Rapih termasuk dalam area kota Yogya. Salut saya berikan pada para lansia yang datang berpasangan mengurus sendiri berkas mereka, padahal penyakit mereka cukup serius. Kadang terharu melihat keromantisan mereka walau harus didorong dengan kursi roda, namun hilir mudik berdua. (S aya datang mengurus sendiri...hele curhat..hi hi hi)
Saya biasanya mendapat nomer urut sebelas, dan jika tidak terlalu ramai maka berkas selasai pada 09.30 WIB. Oya syarat-syarat yang harus dibawa untuk klaim BPJS di RSU Panti Rapih adalah: Satu fotokopi surat rujukan dari faskes sebelumnya, satu fotokopi kartu pasien RSU Panti Rapih, satu kupon nomer pendaftaran dokter yang dituju. Jika anda mau ke laboratorium maka sertakan satu fotokopi, serta formulir asli rujukan dokter untuk laboratorium RSU Panti Rapih (Warna kuning). Akan lebih baik anda membawa semua berkas baik asli maupun fotokopi, sehingga proses akan lebih lancar. Saya sendiri mempunyai map khusus untuk berkas BPJS.
Salah satu yang perlu diperhatikan adalah tanggal berahkirnya surat rujukan dari faskes sebelumnya. Masa berlaku surat tersebut satu bulan dari tanggal yang tertera. Jadi bila tertera 17 Agustus maka surat rujukan bisa digunakan berkali-kali (Tanpa harus ke faskes sebelumnya lagi) sampai 17 September. Dengan catatan ke dokter yang sama. Saya pernah ditolak proses klaim BPJS karena surat rujukan sudah habis berlakunya tanpa saya sadari. Sejak itu saya selalu melingkari tanggal masa berlaku surat rujukan di kalender.
Jika anda pertama kali berobat ke RSU Panti Rapih maka bisa mendaftar dulu melalui telepone, atau datang langsung ke bagian pendaftaran. Setelah melengkapi formulir berisi data diri maka kartu pasien bisa di dapatkan semenit setelah berkas diproses, tanpa biaya tentu saja. Namun jika anda sehat maka anda akan ditolak untuk mendaftar (Saya pernah ditolak, padahal rencana sedia payung sebelum hujan..he he).
Anda bisa juga langsung memilih, dan mendaftar berobat ke dokter yang jadwalnya terpampang besar di samping kanan atas ruang pendaftaran. Anda akan mendapat kupon nomer antrian serta jadwal dokter yang anda tuju. Simpan baik-baik sebagai syarat untuk mengurus klaim BPJS.
Jika anda bingung dimana jadwal serta letak ruang dokter yang dituju, cara pengurusan klaim asuransi, prosedur mengurus BPJS, sekedar mencari letak toilet atau lift, maka di sebelah ruang pendaftaran sudah ada resepsionis yang siap membantu. Dijamin ramah, paham denah rumah sakit, cerdas serta cantik. Untuk kata yang terahkir adalah bonus pemandangan bagi pasien pria..he-he. Hati yang gembira adalah obat bukan?
RSU Panti Rapih sendiri punya dua lokasi parkir yang berada dalam halaman rumah sakit. Tiap sore tempat parkir untuk mobil selalu penuh, disarankan menggunakan taksi jika tidak ingin parkir di bagian tepi jalan. Terdapat juga wisma ataupun penginapan kecil bila anda berasal dari luar kota. Becak dan ojek siap mengantarkan anda hilir mudik, bahkan bisa foto selfie sebentar di logo kampus biru yang berjarak lima menit dari rumah sakit.
Mari kita kembali ke berkas BPJS sebelum saya bercerita macam-macam. Pada kupon antrian pasien sudah ada jam pelayanan untuk nomer urut yang bersangkutan, sehingga pasien harus sudah datang pada jam yang tertera masing-masing. Sekedar info, untuk nomer 40 biasanya baru selesai pada 20.30 WIB.
Kami sampai di ruang praktek sekitar setengah jam sebelum waktu pemeriksaan. Saya kemudian menyerahkan berkas ke mbak Emma selaku perawat senior yang berada di ruang praktek Dr. L. Kris Dinarti Sp.PD, Sp.JP. Sekitar 15 menit kemudian ayah akan dipanggil untuk cek tekanan darah. Jika sudah selesai maka ayah akan kembali ke ruang tunggu, dan akan dipanggil lagi untuk konsultasi sesuai nomer antriannya. Sejauh yang saya amati, semua karyawan baik itu petugas parkir, satpam, resepsionis, penjaga kantin, cleaning service, tukang fotokopi, petugas BPJS, perawat dan dokter sangat ramah serta membantu. Baik itu sebelum dan sesudah mengetahui saya menggunakan BPJS . Sebagai info, Ayah sudah menjadi pasien cek rutin di Dr. L. Kris Dinarti Sp.PD, Sp.JP sekitar enam bulan sebelum BPJS diluncurkan. Dan tidak ada perbedaan pelayanan dari waktu ke waktu. Bahkan beberapa dokter menyarankan pasiennya menggunakan fasilitas BPJS, terutama untuk penyakit yang memerlukan obat dan konsultasi teratur.
Konsultasi berlangsung sekitar lima sampai sepuluh menit tergantung dari diagnosa, dan kebutuhan pasien masing-masing. Dokter akan mengetahui data rekam medis, dan memberikan resep melalui komputer yang terhubung dengan farmasi Panti rapih. Untuk peserta BPJS, obat bisa diambil bagian farmasi lantai satu dengan menyerahkan berkas dari perawat bersangkutan. Saya sendiri lebih memilih mengambil obat keesokan harinya, setelah menerima nomer antrian pengambilan obat dari pihak farmasi. Hal ini dikarenakan padatnya antrian, dan kurang lebih memerlukan dua jam menunggu.
Ayah sendiri mendapat enam, kadang tujuh jenis obat yang dijamin oleh BPJS (sebelum mengunakan BPJS memang jumlahnya sama), dan semuanya gratis. Termasuk biaya dokter spesialis, jasa rumah sakit, biaya laboratorium. Jika dijumlahkan sekitar Rp1.500.000,00, sebuah angka yang besar untuk saya saat ini. Satu jenis obat masing-masing berjumlah 30 butir untuk satu bulan. Bulan berikutnya kami akan datang lagi hingga benar-benar sembuh. Jika selama setahun kami berobat 12 kali, maka dana yang diperlukan 12x Rp. 1.500.000,00 = Rp18.000.000,00. Dan syukurlah semua dijamin oleh BPJS. Terima kasih BPJS.
Obat-obat yang saya terima setara khasiatnya dengan yang biasa diberikan, walaupun kadang beda nama bila stok habis. Dan bila ada yang tidak dijamin BPJS, maka pasien dibebaskan untuk membeli atau diberikan fotokopi resep yang berlaku satu kali. Pemberitahuan tersebut diberikan tiap kali kita mendapat nomer urut antrian, disarankan bertanya dulu jika anda akan mengambil obat keesokan harinya.
Nama obat dan jenis obat yang diberikan tentu sama persis dengan apa yang diresepkan oleh dokter, anda tak perlu kuatir. Untuk fasilitas laboratorium sejauh yang saya ketahui dijamin semua oleh BPJS. Ayah sendiri menjalani satu kali pengambilan urine, dan darah untuk sembilan jenis hasil tes. Dan semuanya gratis, tentunya dengan surat keterangan dokter.
Sejauh yang saya tahu, dokter spesialis penyakit dalam berhak mengeluarkan surat rujukan internal yang berlaku sekali ke dokter spesialis yang lain. Misalnya pasien penyakit dalam ada masalah dengan mata, maka dokter bisa merujuk pasien tersebut ke dokter mata di rumah sakit yang sama. Setelah mengurus klaim BPJS seperti langkah pertama tadi (Tanpa harus ke faskes pertama), maka pasien gratis ke dokter mata serta obatnya. Jika obat di luar klaim, maka bisa diberikan fotocopi resepnya.
Dari pengalaman di atas, maka saya simpulkan biaya yang dikeluarkan untuk rawat jalan menggunakan BPJS di Panti rapih adalah 0 rupiah. Tentu juga di luar uang bensin, parkir dan konsumsi pribadi ya, he he. Dengan catatan juga, bahwa resep tersebut yang dijamin BPJS. Untuk jenis dan merk obat yang dijamin bisa dikonfirmasi pada dokter dan apoteker.
Artikel ini saya buat sebagai tanda terima kasih saya pada BPJS dan stafnya, Dr.L.Krisdinarti, mbak Emma, perawat serta staf Panti Rapih yang telah membantu proses rawat jalan ayah. Terima kasih.
Untuk artikel “Gratis Rawat Jalan dengan BPJS? (2)”, dan ”Gratis Rawat di IGD” akan segera diterbitkan. Tujuannya untuk berbagi info positif dan seimbang. Jika ada pengalaman dan info lain, silahkan dibagi pada kolom komentar. Terima kasih
http://www.kompasiana.com/vika.kurniawati/gratis-rawat-jalan-dengan-bpjs-1_55da85406e7a614b11e43957